Arti Teman, Pacar, Dan Sahabat Dalam Perspektif Islam
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sahabat-sahabat
yang dirahmati Allah, mari kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Arti
Teman, Pacar, Dan Sahabat Dalam Perspektif Islam
Hari ini, saya sangat terinspirasi oleh tausiah dari
Gus Miftah yang membahas tentang arti teman, sahabat, dan pacar. Dalam
kehidupan kita, sering kali kita bertemu dengan banyak orang yang mengaku
sebagai teman, tapi ketika masa-masa sulit datang, tidak semua dari mereka
tetap hadir di sisi kita. Tausiah ini memberikan pemahaman yang mendalam
mengenai perbedaan antara teman, pacar, dan sahabat sejati, dan bagaimana Islam
melihat hubungan-hubungan ini.
Teman
Adalah Hadir Dalam Keadaan Senang, Lenyap Di Kala Sulit
Dalam kehidupan, kita sering menemukan teman yang
banyak jumlahnya ketika keadaan kita baik dan nyaman. Gus Miftah menggambarkan
teman sebagai sosok yang akan datang dalam jumlah banyak, ribuan bahkan lebih,
saat mereka mengetahui kita dalam keadaan senang. Al-Qur'an pun mengingatkan
kita untuk berhati-hati dalam memilih teman, sebagaimana firman Allah SWT dalam
QS. Al-Furqan: 27-28:
"Dan
(ingatlah) hari ketika orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata,
'Aduhai! Kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan
besarlah bagiku! Kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman
akrabku.”
Ayat
ini menegaskan pentingnya memilih teman dengan bijak karena pengaruh teman bisa
berdampak besar terhadap kehidupan kita. Teman yang hadir hanya di masa senang
dan hilang ketika kita sulit, menunjukkan betapa rapuhnya hubungan ini. Teman
dapat diibaratkan sebagai pasir atau daun, yang mudah ditemukan di mana-mana
tetapi mudah pula terbawa angin dan hilang.
Pacar
Dapat Melupakan Banyak Hal Demi Satu
Orang
Dalam tausiah Gus Miftah, beliau menyampaikan bahwa
pacar adalah sosok yang bisa membuat kita melupakan seribu orang lainnya. Hal
ini menunjukkan kuatnya pengaruh emosional dari hubungan asmara. Namun, Islam
memiliki pandangan yang bijak dalam mengelola perasaan dan menjaga hubungan
antara lawan jenis. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
"Tidaklah
aku meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain fitnah
wanita." (HR. Bukhari)
Hadits ini mengajarkan agar setiap Muslim berhati-hati
dalam hubungan asmara dan mengelola perasaan dengan cara yang benar sesuai
dengan syariat. Hubungan dengan lawan jenis yang tidak dalam bingkai pernikahan
harus dijaga dengan sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan dampak negatif baik
pada diri sendiri maupun orang lain.
Sahabat
Merupakan Berlian Yang Berharga
Sahabat, menurut Gus Miftah, adalah seperti berlian
atau mutiara—sulit ditemukan, dan jika sudah ditemukan, harus dijaga dengan
baik. Sahabat sejati adalah sosok yang tetap ada di saat kita terjatuh, tetap
setia di kala kita dilupakan oleh banyak orang. Dalam Islam, persahabatan
dipandang sebagai hubungan yang sangat istimewa dan harus dijaga dengan niat
yang ikhlas. Rasulullah SAW bersabda,
"Seseorang
itu bergantung pada agama sahabatnya, maka hendaklah salah seorang di antara
kalian memperhatikan siapa yang dijadikan sahabatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Hadits ini mengajarkan kita bahwa sahabat yang baik
adalah mereka yang dapat menjaga kita di jalan yang benar, yang mengingatkan
kita pada kebaikan dan mengajak kepada ketakwaan. Seorang sahabat sejati tidak
hanya mendukung kita di dunia, tetapi juga menjadi teman di akhirat, yang
senantiasa mengajak kita menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Pentingnya
Memilih Sahabat yang Baik
Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar, dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin, menyampaikan nasihat penting mengenai persahabatan. Beliau
menekankan bahwa sahabat sejati adalah mereka yang memiliki lima kriteria:
berakal, berakhlak baik, bukan ahli bid’ah, tidak cinta dunia, dan jujur. Ini
menunjukkan bahwa memilih sahabat yang baik adalah langkah penting dalam
membangun hubungan yang langgeng dan bermanfaat baik di dunia maupun di
akhirat.
Sahabat
di Dunia dan Akhirat
Dalam tausiah tersebut, Gus Miftah juga menyampaikan
harapannya agar kita tidak hanya bersahabat di dunia saja, tetapi tetap
bersahabat hingga ke Surga Allah SWT. Harapan ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam QS. Az-Zukhruf: 67,
"Teman-teman
akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang yang
bertakwa.”
Ayat ini menunjukkan bahwa persahabatan sejati adalah
persahabatan yang didasari oleh ketakwaan kepada Allah SWT, yang mengarah pada
kebaikan di dunia dan akhirat.
Kesimpulan
Arti
Teman, Pacar, dan Sahabat Sejati
Dari tausiah Gus Miftah ini, kita bisa menarik
kesimpulan bahwa teman hanyalah hubungan yang sifatnya sementara dan mungkin
berjumlah banyak. Hubungan dengan pacar memiliki pengaruh yang kuat, tetapi
harus selalu diarahkan pada jalan yang benar. Sedangkan sahabat adalah berlian
yang langka, yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya. Sahabat sejati tidak
hanya mendukung kita di dunia tetapi juga di akhirat kelak.
Semoga kita semua dapat memiliki sahabat sejati yang
mendampingi kita dalam suka dan duka, dan tetap bersama hingga di Surga Allah
SWT. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar