Arti Teman, Pacar, Dan Sahabat Dalam Perspektif Islam

Bekasi, 04 2020


Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

        Sahabat-sahabat yang dirahmati Allah, mari kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Arti Teman, Pacar, Dan Sahabat Dalam Perspektif Islam

Hari ini, saya sangat terinspirasi oleh tausiah dari Gus Miftah yang membahas tentang arti teman, sahabat, dan pacar. Dalam kehidupan kita, sering kali kita bertemu dengan banyak orang yang mengaku sebagai teman, tapi ketika masa-masa sulit datang, tidak semua dari mereka tetap hadir di sisi kita. Tausiah ini memberikan pemahaman yang mendalam mengenai perbedaan antara teman, pacar, dan sahabat sejati, dan bagaimana Islam melihat hubungan-hubungan ini.

Teman Adalah Hadir Dalam Keadaan Senang, Lenyap Di Kala Sulit

Dalam kehidupan, kita sering menemukan teman yang banyak jumlahnya ketika keadaan kita baik dan nyaman. Gus Miftah menggambarkan teman sebagai sosok yang akan datang dalam jumlah banyak, ribuan bahkan lebih, saat mereka mengetahui kita dalam keadaan senang. Al-Qur'an pun mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih teman, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Furqan: 27-28:

"Dan (ingatlah) hari ketika orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai! Kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku! Kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku.”

Ayat ini menegaskan pentingnya memilih teman dengan bijak karena pengaruh teman bisa berdampak besar terhadap kehidupan kita. Teman yang hadir hanya di masa senang dan hilang ketika kita sulit, menunjukkan betapa rapuhnya hubungan ini. Teman dapat diibaratkan sebagai pasir atau daun, yang mudah ditemukan di mana-mana tetapi mudah pula terbawa angin dan hilang.

Pacar Dapat  Melupakan Banyak Hal Demi Satu Orang

Dalam tausiah Gus Miftah, beliau menyampaikan bahwa pacar adalah sosok yang bisa membuat kita melupakan seribu orang lainnya. Hal ini menunjukkan kuatnya pengaruh emosional dari hubungan asmara. Namun, Islam memiliki pandangan yang bijak dalam mengelola perasaan dan menjaga hubungan antara lawan jenis. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

"Tidaklah aku meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain fitnah wanita." (HR. Bukhari)

Hadits ini mengajarkan agar setiap Muslim berhati-hati dalam hubungan asmara dan mengelola perasaan dengan cara yang benar sesuai dengan syariat. Hubungan dengan lawan jenis yang tidak dalam bingkai pernikahan harus dijaga dengan sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan dampak negatif baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Sahabat Merupakan Berlian Yang Berharga

Sahabat, menurut Gus Miftah, adalah seperti berlian atau mutiara—sulit ditemukan, dan jika sudah ditemukan, harus dijaga dengan baik. Sahabat sejati adalah sosok yang tetap ada di saat kita terjatuh, tetap setia di kala kita dilupakan oleh banyak orang. Dalam Islam, persahabatan dipandang sebagai hubungan yang sangat istimewa dan harus dijaga dengan niat yang ikhlas. Rasulullah SAW bersabda,

"Seseorang itu bergantung pada agama sahabatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dijadikan sahabatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Hadits ini mengajarkan kita bahwa sahabat yang baik adalah mereka yang dapat menjaga kita di jalan yang benar, yang mengingatkan kita pada kebaikan dan mengajak kepada ketakwaan. Seorang sahabat sejati tidak hanya mendukung kita di dunia, tetapi juga menjadi teman di akhirat, yang senantiasa mengajak kita menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT.

Pentingnya Memilih Sahabat yang Baik

Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar, dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menyampaikan nasihat penting mengenai persahabatan. Beliau menekankan bahwa sahabat sejati adalah mereka yang memiliki lima kriteria: berakal, berakhlak baik, bukan ahli bid’ah, tidak cinta dunia, dan jujur. Ini menunjukkan bahwa memilih sahabat yang baik adalah langkah penting dalam membangun hubungan yang langgeng dan bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Sahabat di Dunia dan Akhirat

Dalam tausiah tersebut, Gus Miftah juga menyampaikan harapannya agar kita tidak hanya bersahabat di dunia saja, tetapi tetap bersahabat hingga ke Surga Allah SWT. Harapan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Az-Zukhruf: 67,

"Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.”

Ayat ini menunjukkan bahwa persahabatan sejati adalah persahabatan yang didasari oleh ketakwaan kepada Allah SWT, yang mengarah pada kebaikan di dunia dan akhirat.

Kesimpulan

Arti Teman, Pacar, dan Sahabat Sejati

Dari tausiah Gus Miftah ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa teman hanyalah hubungan yang sifatnya sementara dan mungkin berjumlah banyak. Hubungan dengan pacar memiliki pengaruh yang kuat, tetapi harus selalu diarahkan pada jalan yang benar. Sedangkan sahabat adalah berlian yang langka, yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya. Sahabat sejati tidak hanya mendukung kita di dunia tetapi juga di akhirat kelak.

Semoga kita semua dapat memiliki sahabat sejati yang mendampingi kita dalam suka dan duka, dan tetap bersama hingga di Surga Allah SWT. Aamiin.


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh



























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Berbicara dalam Islam dengan Merajut Harmoni Melalui Kata

Harmoni Hidup dengan Menemukan Keseimbangan Melalui Olah Pikir, Rasa, dan Raga dalam Islam

Muhasabah Diri - "Lidah orang berakal berada di belakang hatinya, sedangkan hati orang bodoh berada di belakang lidahnya " (Ali Bin Abi Tholib)